Tanto Mendut yang bernama asli
Sutanto (lahir di Magelang, Jawa Tengah, 5 Februari 1954; umur 62 tahun) adalah seniman dan budayawan berkebangsaan Indonesia. Dia adalah pendiri sekaligus pemimpin Komunitas Lima Gunung yang sering menggelar perhelatan seni-budaya berskala internasional di atas puncak gunung dengan selalu memberdayakan masyarakat di lima gunung yaitu Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh.
Sutanto adalah penerima penghargaan dari Yayasan Sains Estetika dan
Teknologi atas kegigihannya memberdayakan masyarakat melalui kehidupan
sosiokultural.
Latar belakang
 |
Salah satu pertunjukan dalam Festival Lima Gunung |
|
|
'Mendut' di belakang nama Sutanto adalah nama tempat di sekitar
Candi Mendut, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang.
Dia memilih nama itu untuk mengekspresikan cara dia berkesenian.Sebagai
budayawan, melalui kegiatan-kegiatannya, Sutanto membangun sebuah
paradigma berkesenian yang menstimulasi dimensi untuk hidup bersama
masyarakat seni dalam menyikapi keadaan dengan pelbagai fenomena yang
berkembang dalam masyarakat kontemporer. Mengedepankan unsur kemerdekaan
yang dapat menarik perhatian masyarakat dan pemerhati seni yaitu dengan
membuka wacana baru dalam bereksplorasi. Tanto Mendut berhasil
menumbuhkan kepercayaan masyarakat desa untuk berekspresi, yang kini
telah mampu tampil dalam berbagai panggung kesenian di berbagai daerah
di Indonesia, bahkan pentas di luar negeri. Meski berhasil menjadi
masyarakat seni, penduduk desa lima gunung tersebut tidak berganti
profesi dan tetap menjadi petani. Festival lima gunung yang digagas
sutanto diselenggarakan setiap tahun, sejak 2006,
dengan melibatkan para penghayat kebudayaan, masyarakat dari lima
gunung yaitu, Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Menoreh. Baik
penampil maupun penonton diajak merayakan kemerdekaan berekspresi dan
mengapresiasi. Dalam festival ini, penonton adalah tamu, bukan calon
konsumen dengan perlakuan khusus. Semuanya diperlakukan sama rata,
termasuk ketika mantan wakil presiden Boediono menyaksikan. Dia juga berbaur dengan penonton lain, duduk lesehan di atas tanah, menikmati sajian-sajian kesenian tradisional.
Festival ini, meskipun mengundang ratusan partisipan dari berbagai
daerah, tapi semua kegiatannya diselenggarakan tanpa sponsor atau
donatur dari mana pun, melainkan dibiayai secara swadaya. Tapi, setiap
peristiwa budaya yang diselenggarakan, selalu saja menarik perhatian wisatawan dan wartawan
dari berbagai negara yang setia meliput selama beberapa hari. Selain
menggelar pertunjukan kesenian tradisional, komunitas ini juga
menyelenggarakan pertunjukan musik, pameran seni rupa, dan festival jazz gunung.
sumber
klik disini
Jual Cytotec Obat Aborsi Asli Tuntas
ReplyDeletePil Obat Aborsi
Obat Aborsi